Kamis, 25 Juni 2009

KETIKA NIAT TAK DIBARENGI DENGAN HAKIKAT

Suatu ketika, seekor monyet yang sedang kehausan pergi ke sebuah kolam untuk minum agar dahaganya hilang. Ketika dia hendak minum, tiba-tiba perhatiannya terpusat pada seekor ikan mas koki yang berada di kolam tersebut. Dia perhatikan dengan seksama ikan tersebut. Lalu pikirannya berkata, "Kasihan sekali ikan tersebut, dia pasti butuh pertolongan."

Lalu monyet tersebut segera menghampiri ikan tersebut, mengangkat dan meletakkannya di darat. Dan monyet itu kemudian berkata, "Sekarang pasti kamu merasa lebih baik." Tak lama kemudian, ikan tersebut mati. Sang monyet bingung terhadap hal ini. "Bukankah aku telah menolongmu, bukankah kamu sekarang telah berada di tempat yang lebih baik, lalu mengapa engkau mati?", tanya sang monyet kepada dirinya sendiri dalam hati.

Di tengah-tengah kita, banyak orang yang bertindak seperti monyet tersebut, yang menganggap tindakannya mengangkat ikan tersebut ke darat sebagai tindakan menolong dikarenakan dia melihat dari kacamatanya sendiri yang tidak dapat berenang. Kondisi sang ikan yang megap-megap semakin menegaskan dirinya bahwa sang ikan pasti butuh pertolongan, karena dia mengira ikan tersebut pasti sedang kesulitan untuk bernafas.

Lalu pertanyaannya adalah apakah yang dilakukan sang monyet adalah salah? Bukankah niatnya adalah baik, yaitu ingin menolong sang ikan? Jika salah, di manakah letak salahnya?

Niat sang monyet memang baik, namun itu tidaklah cukup untuk memperoleh hasil yang baik. Yang salah dari monyet tersebut adalah dia tidak memiliki ilmu untuk memahami hakikat bahwa ikan hidup di dalam air. Ini jugalah yang mungkin terjadipada para pengambil kebijakan di negeri kita.

Ada beberapa hal mengapa mereka tidak dapat melihat hakikat peristiwa. Yang pertama adalah kebodohannya. Yang kedua adalah keegoannya. Untuk yang pertama dapat diatasi dengan belajar. Namun sering kali, kekeliruan pengambilan kebijakan tersebut disebabkan karena keegoannya, melihat peristiwa/persoalan tersebut dari sudut pandangnya. Bahkan yang lebih celaka lagi, segala kebijakan yang diambil dalam rangka untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Jika ini yang terjadi berarti orang tersebut lebih buruk daripada monyet tersebut.

Jadi, niat baik saja tidaklah cukup, pahamilah hakikat peristiwa. Untuk itu, kita harus memperbanyak informasi dan pengetahuan, menghilangkan terlebih dahulu asumsi-asumsi. Orang bijak pernah berkata, "Memahami hakikat persoalan sama saja telah menyelesaikan separuh persoalan tersebut."

0 komentar: